1. |
SEJARAH SINGKAT |
|
Kedelai merupakan tanaman pangan berupa
semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine
ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai
kedelai yang kita kenal sekarang (Glycine
max (L) Merril). Berasal dari daerah Manshukuo (Cina Utara).
Di Indonesia, yang dibudidayakan mulai abad ke-17 sebagai tanaman
makanan dan pupuk hijau. Penyebaran tanaman kedelai ke Indonesia berasal
dari daerah Manshukuo menyebar ke daerah Mansyuria: Jepang (Asia Timur)
dan ke negara-negara lain di Amerika dan Afrika.
|
2. |
JENIS TANAMAN |
|
Sistematika tanaman kedelai adalah sebagai
berikut:
Familia |
: Leguminosae |
Subfamili |
: Papilionoidae |
Genus |
: Glycine |
Species |
: Glycine max L |
Kedelai yang tumbuh secara liar di Asia Tenggara meliputi sekitar
40 jenis. Penyebaran geografis dari kedelai mempengaruhi jenis tipenya.
Terdapat 4 tipe kedelai yakni: tipe Mansyuria, Jepang, India, dan
Cina.
Dasar-dasar penentuan varietas kedelai adalah menurut: umur, warna
biji dan tipe batang. Varietas kedelai yang dianjurkan yaitu: Otan,
No. 27, No.29, Ringgit 317, Sumbing 452, Merapi 520, Shakti 945, Davros,
Economic Garden, Taichung 1290, TKG 1291, Clark 1293, Orba 1343, Galunggung,
Lokon, Guntur, Wilis, Dempo, Kerinci, Raung, Merbabu, Muria dan Tidar.
|
3. |
MANFAAT TANAMAN |
|
Kacang kedelai yang diolah menjadi tepung
kedelai secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 kelompok manfaat
utama, yaitu: olahan dalam bentuk protein kedelai dan minyak kedelai.
Dalam bentuk protein kedelai dapat digunakan sebagai bahan industri
makanan yang diolah menjadi: susu, vetsin, kue-kue, permen dan daging
nabati serta sebagai bahan industri bukan makanan seperti : kertas,
cat cair, tinta cetak dan tekstil.
Sedangkan olahan dalam bentuk minyak kedelai digunakan sebagai bahan
industri makanan dan non makanan. Industri makanan dari minyak kedelai
yang digunakan sebagai bahan industri makanan berbentuk gliserida
sebagai bahan untuk pembuatan minyak goreng, margarin dan bahan lemak
lainnya. Sedangkan dalam bentuk lecithin dibuat antara lain: margarin,
kue, tinta, kosmetika, insectisida dan farmasi.
|
4. |
SENTRA PENANAMAN |
|
Di salah satu negara bagian Amerika Serikat,
terdapat areal pertumbuhan kedelai yang sangat luas sehingga menghasilkan
57 % produksi kedelai dunia. Di Indonesia, saat ini kedelai banyak
ditanam di dataran rendah yang tidak banyak mengandung air, seperti
di pesisir Utara Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Utara
(Gorontalo), Lampung, Sumatera Selatan dan Bali. |
5. |
SYARAT PETUMBUHAN |
|
5.1. |
Iklim
1. |
Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh
di daerah yang beriklim tropis dan subtropis. Sebagai
barometer iklim yang cocok bagi kedelai adalah bila
cocok bagi tanaman jagung. Bahkan daya tahan kedelai
lebih baik daripada jagung. Iklim kering lebih disukai
tanaman kedelai dibandingkan iklim lembab. |
2. |
Tanaman kedelai dapat tumbuh baik di daerah
yang memiliki curah hujan sekitar 100-400 mm/bulan. Sedangkan
untuk mendapatkan hasil optimal, tanaman kedelai membutuhkan
curah hujan antara 100-200 mm/bulan. |
3. |
Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai antara
21-34 derajat C, akan tetapi suhu optimum bagi pertumbuhan
tanaman kedelai 23-27 derajat C. Pada proses perkecambahan
benih kedelai memerlukan suhu yang cocok sekitar 30 derajat
C. |
4. |
Saat panen kedelai yang jatuh pada musim
kemarau akan lebih baik dari pada musim hujan, karena
berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan
hasil. |
|
5.2. |
Media Tanam
1. |
Pada dasarnya kedelai menghendaki kondisi
tanah yang tidak terlalu basah, tetapi air tetap tersedia.
Jagung merupakan tanaman indikator yang baik bagi kedelai.
Tanah yang baik ditanami jagung, baik pula ditanami
kedelai. |
2. |
Kedelai tidak menuntut struktur tanah yang
khusus sebagai suatu persyaratan tumbuh. Bahkan pada kondisi
lahan yang kurang subur dan agak asam pun kedelai dapat
tumbuh dengan baik, asal tidak tergenang air yang akan
menyebabkan busuknya akar. Kedelai dapat tumbuh baik pada
berbagai jenis tanah, asal drainase dan aerasi tanah cukup
baik. |
3. |
Tanah-tanah yang cocok yaitu: alluvial,
regosol, grumosol, latosol dan andosol. Pada tanah-tanah
podsolik merah kuning dan tanah yang mengandung banyak
pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali
bila diberi tambahan pupuk organik atau kompos dalam jumlah
cukup. |
4. |
Tanah yang baru pertama kali ditanami kedelai,
sebelumnya perlu diberi bakteri Rhizobium, kecuali tanah
yang sudah pernah ditanami Vigna sinensis (kacang panjang).
Kedelai yang ditanam pada tanah berkapur atau bekas ditanami
padi akan lebih baik hasilnya, sebab tekstur tanahnya
masih baik dan tidak perlu diberi pemupukan awal. |
5. |
Kedelai juga membutuhkan tanah yang kaya
akan humus atau bahan organik. Bahan organik yang cukup
dalam tanah akan memperbaiki daya olah dan juga merupakan
sumber makanan bagi jasad renik, yang akhirnya akan membebaskan
unsur hara untuk pertumbuhan tanaman. |
6. |
Tanah berpasir dapat ditanami kedelai, asal
air dan hara tanaman untuk pertumbuhannya cukup. Tanah
yang mengandung liat tinggi, sebaiknya diadakan perbaikan
drainase dan aerasi sehingga tanaman tidak kekurangan
oksigen dan tidak tergenang air waktu hujan besar. Untuk
memperbaiki aerasi, bahan organik sangat penting artinya. |
7. |
Toleransi keasaman tanah sebagai syarat
tumbuh bagi kedelai adalah pH= 5,8-7,0 tetapi pada pH
4,5 pun kedelai dapat tumbuh. Pada pH kurang dari 5,5
pertumbuhannya sangat terlambat karena keracunan aluminium.
Pertumbuhan bakteri bintil dan proses nitrifikasi (proses
oksidasi amoniak menjadi nitrit atau proses pembusukan)
akan berjalan kurang baik. |
8. |
Dalam pembudidayaan tanaman kedelai, sebaiknya
dipilih lokasi yang topografi tanahnya datar, sehingga
tidak perlu dibuat teras-teras dan tanggul. |
|
5.3. |
Ketinggian Tempat
Varietas kedelai berbiji kecil, sangat cocok ditanam di lahan
dengan ketinggian 0,5- 300 m dpl. Sedangkan varietasi kedelai
berbiji besar cocok ditanam di lahan dengan ketinggian 300-500
m dpl. Kedelai biasanya akan tumbuh baik pada ketinggian tidak
lebih dari 500 m dpl. |
|
6. |
PEDOMAN BUDIDAYA |
|
6.1. |
Pembibitan
- Teknik Benih
Untuk mendapatkan hasil panen yang baik, maka benih
yang digunakan harus yang berkualitas baik, artinya
benih mempunyai daya tumbuh yang besar dan seragam,
tidak tercemar dengan varietas-varietas lainnya, bersih
dari kotoran, dan tidak terinfeksi dengan hama penyakit.
Benih yang ditanam juga harus merupakan varietas unggul
yang berproduksi tinggi, berumur genjah/pendek dan
tahan terhadap serangan hama penyakit.
Beberapa varietas unggul kedelai adalah: Ainggit (137),
Clark 63, Davros, Economic Garden, Galunggung, Guntur,
Lakon, Limpo Batang, Merbabu, No.27, No.29, No.452,
Orba, Peter, Raung, Rinjani, Shakti, Taichung, Tambora,
Tidar, TK 5, Wilis.
- Penyiapan Benih
Pada tanah yang belum pernah ditanami kedelai, sebelum
benih ditanam harus dicampur dengan legin, (suatu
inokulum buatan dari bakteri atau kapang yang ditempatkan
di media biakan, tanah, kompos untuk memulai aktifitas
biologinya Rhizobium japonicum). Pada tanah yang sudah
sering ditanam dengan kedelai atau kacang-kacangan
lain, berarti sudah mengandung bakteri tersebut. Bakteri
ini akan hidup di dalam bintil akar dan bermanfaat
sebagai pengikat unsur N dari udara.
Cara pemberian legin: (1) sebanyak 5-10 gram legin
dibasahi dengan air sekitar 10 cc; (2) legin dicampur
dengan 1 kg benih dan kocok hingga merata (agar seluruh
kulit biji terbungkus dengan inokulum; (3) setelah
diinokulasi, benih dibiarkan sekitar 15 menit baru
dapat ditanam. Dapat juga benih diangin-anginkan terlebih
dahulu sebelum ditanam, tetapi tidak lebih dari 6
jam.
Selain itu, yang perlu diperhatikan dalam hal memilih
benih yang baik adalah: kondisi dan lama penyimpanan
benih tersebut. Biji kedelai mudah menurun daya kecambah/daya
tumbuhnya (terutama bila kadar air dalam biji = 13%
dan disimpan di ruangan bersuhu = 25 derajat C, dengan
kelembaban nisbi ruang = 80%.
- Teknik Penyemaian Benih
Penanaman dengan benih yang mempunyai daya tumbuh
agak rendah dapat diatasi dengan cara menanamkan 3-4
biji tiap lubang, atau dengan memperpendek jarak tanam.
Jarak tanam pada penanaman benih berdasarkan tipe
pertumbuhan tegak dapat diperpendek, sebaliknya untuk
tipe pertumbuhan agak condong (batang bercabang banyak)
diusahakan agak panjang, supaya pertumbuhan tanaman
yang satu dengan lainnya tidak terganggu.
- Pemindahan Bibit
Ketika memindah yaitu menunjuk akar tanaman di kebun,
perlu memperhatikan cara-cara yang baik dan benar.
Pemindahan bibit yang ceroboh dapat merusak perakaran
tanaman, sehingga pada saat bibit telah ditanam maka
akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan bahkan mati.
|
|
6.2. |
Pengolahan Media Tanam
- Persiapan
Terdapat 2 cara mempersiapkan penanaman kedelai, yakni:
persiapan tanpa pengolahan tanah (ekstensif) di sawah
bekas ditanami padi rendheng dan persiapan dengan
pengolahan tanah (intensif). Persiapan tanam pada
tanah tegalan atau sawah tadah hujan sebaiknya dilakukan
2 kali pencangkulan.
Pertama dibiarkan bongkahan terangin-angin 5-7 hari,
pencangkulan ke 2 sekaligus meratakan, memupuk, menggemburkan
dan membersihkan tanah dari sisa-sia akar. Jarak antara
waktu pengolahan tanah dengan waktu penanaman sekitar
3 minggu.
- Pembentukan Bedengan
Pembuatan bedengan dapat dilakukan dengan pencangkulan
ataupun dengan bajak lebar 50-60 cm, tinggi 20 cm.
Apabila akan dibuat drainase, maka jarak antara drainase
yang satu dengan lainnya sekitar 3-4 m.
- Pengapuran
Tanah dengan keasaman kurang dari 5,5 seperti tanah
podsolik merah-kuning, harus dilakukan pengapuran
untuk mendapatkan hasil tanam yang baik. Kapur dapat
diberikan dengan cara menyebar di permukaan tanah,
kemudian dicampur sedalam lapisan olah tanah sekitar
15 cm. Pengapuran dilakukan 1 bulan sebelum musim
tanam, dengan dosis 2-3 ton/ha. Diharapkan pada saat
musim tanam
kapur sudah bereaksi dengan tanah, dan pH tanah sudah
meningkat sesuai dengan yang diinginkan.
Kapur halus memberikan reaksi lebih cepat daripada
kapur kasar. Sebagai sumber kapur dapat digunakan
batu kapur atau kapur tembok. Pemberian kapur tidak
harus dilakukan setiap kali tanam, tetapi setiap 3-4
tahun sekali. Dengan pengapuran, tanah menjadi kaya
akan Calsium (Ca) dan Magnesium (Mg) dan pH-nya meningkat.
Selain itu peningkatan pH dapat menaikkan tingkat
persediaan
Molibdenum (Mo) yang berperan penting untuk produksi
kedelai dan golongan tanaman kacang-kacangan, karena
erat hubungannya dengan perkembangan bintil akar.
|
|
6.3. |
Teknik Penanaman
- Penentuan Pola Tanam
Jarak tanam pada penanaman dengan membuat tugalan
berkisar antara 20-40 cm. Jarak tanam yang biasa dipakai
adalah 30 x 20 cm, 25 x 25 cm, atau 20 x 20 cm.
Jarak tanam hendaknya teratur, agar tanaman memperoleh
ruang tumbuh yang seragam dan mudah disiangi. Jarak
tanam kedelai tergantung pada tingkat kesuburan tanah
dan sifat tanaman yang bersangkutan. Pada tanah yang
subur, jarak tanam lebih renggang, dan sebaliknya
pada tanah tandus jarak tanam dapat dirapatkan.
- Pembuatan Lubang Tanam
Jika areal luas dan pengolahan tanah dilakukan dengan
pembajakan, penanaman benih dilakukan menurut alur
bajak sedalam kira-kira 5 cm. Sedangkan jarak jarak
antara alur yang satu dengan yang lain dapat dibuat
50-60 cm, dan untuk alur ganda jarak tanam dibuat
20 cm.
- Cara Penanaman
Sistem penanaman yang biasa dilakukan adalah:
a. |
Sistem tanaman
tunggal
Dalam sistem ini, seluruh lahan ditanami kedelai
dengan tujuan memperoleh produksi kedelai
baik mutu maupun jumlahnya. Kedelai yang ditanam
dengan sistem ini, membutuhkan lahan kering
namun cukup mengandung air, seperti tanah
sawah bekas ditanami padi rendeng dan tanah
tegalan pada permulaan musim penghujan. Kelebihan
lainnya ialah memudahkan pemberantasan hama
dan penyakit. Kelemahan sistem ini adalah:
penyebaran hama dan penyakit kedelai relatif
cepat, sehingga penanaman kedelai dengan sistem
ini memerlukan perhatian khusus. Jarak tanam
kedelai sebagai tanaman tunggal adalah: 20
x 20 cm; 20 x 35 cm atau 20 x 40 cm. |
b. |
Sistem tanaman campuran
Dengan sistem ini harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
1. |
Umur tanaman
tidak jauh berbeda. |
2. |
Tanaman yang satu tidak
mempunyai sifat mengalahkan tanaman yang
liar. |
3. |
Jenis hama dan penyakit
sama atau salah satu tanaman tahan terhadap
hama dan penyakit. |
4. |
Kedua tanaman merupakan
tanaman palawija, misalnya kedelai dengan
kacang tunggak/ kacang tanah, kedelai
dengan jagung, kedelai dengan ketela pohon. |
|
c. |
Sistem tanaman tumpangsari
Sistem ini biasa diterapkan pada tanah yang
mendapat pengairan terus menerus sepanjang waktu,
misalnya tanah sawah yang memiliki irigasi teknis.
Untuk mendapatkan kedelai yang bermutu baik,
biasanya kedelai ditanam bersamaan. |
- Waktu Tanam
Pemilihan waktu tanam kedelai ini harus tepat, agar
tanaman yang masih muda tidak terkena banjir atau
kekeringan. Karena umur kedelai menurut varietas yang
dianjurkan berkisar antara 75-120 hari, maka sebaiknya
kedelai ditanam menjelang akhir musim penghujan, yakni
saat tanah agak kering tetapi masih mengandung cukup
air.
Waktu tanam yang tepat pada masing-masing daerah sangat
berbeda. Sebagai pedoman: bila ditanam di tanah tegalan,
waktu tanam terbaik adalah permulaan musim penghujan.
Bila ditanam di tanah sawah, waktu tanam paling tepat
adalah menjelang akhir musim penghujan. Di lahan sawah
dengan irigasi, kedelai dapat ditanam pada awal sampai
pertengahan musim kemarau.
|
|
6.4. |
Pemeliharaan Tanaman
- Penjarangan dan Penyulaman.
Kedelai mulai tumbuh kira-kira umur 5-6 hari. Dalam
kenyataannya tidak semua biji yang ditanam dapat tumbuh
dengan baik, sehingga akan terlihat tidak seragam.
Untuk menjaga agar produksi tetap baik, benih kedelai
yang tidak tumbuh sebaiknya segera diganti dengan
biji-biji yang baru yang telah dicampur Legin atau
Nitrogen. Hal ini perlu dilakukan apabila jumlah benih
yang tidak tumbuh mencapai lebih dari 10 %. Waktu
penyulaman yang terbaik adalah sore hari.
- Penyiangan
Penyiangan ke-1 pada tanaman kedelai dilakukan pada
umur 2-3 minggu. Penyiangan ke-2 dilakukan pada saat
tanaman selesai berbunga, sekitar 6 minggu setelah
tanam. Penyiangan ke-2 ini dilakukan bersamaan dengan
pemupukan ke-2 (pemupukan lanjutan). Penyiangan dapat
dilakukan dengan cara mengikis gulma yang tumbuh dengan
tangan atau kuret. Apabila lahannya luas, dapat juga
dengan menggunakan herbisida. Sebaiknya digunakan
herbisida seperti Lasso untuk gulma berdaun sempit
dengan dosis 4 liter/ha.
- Pembubunan
Pembubunan dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu
dalam agar tidak merusak perakaran tanaman. Luka pada
akar akan menjadi tempat penyakit yang berbahaya.
- Pemupukan
Dosis pupuk yang digunakan sangat tergantung pada
jenis lahan dan kondisi tanah. Pada tanah subur atau
tanah bekas ditanami padi dengan dosis pupuk tinggi,
pemupukan tidak diperlukan. Pada tanah yang kurang
subur, pemupukan dapat menaikkan hasil. Dosis pupuk
secara tepat adalah sebagai berikut:
a) |
Sawah kondisi tanah
subur: pupuk Urea=50 kg/ha. |
b) |
Sawah kondisi tanah subur sedang:
pupuk Urea=50 kg/ha, TSP=75 kg/ha dan KCl=100
kg/ha. |
c) |
Sawah kondisi tanah subur rendah:
pupuk Urea=100 kg/ha, TSP=75 kg/ha dan KCl=100
kg/ha. |
d) |
Lahan kering kondisi tanah kurang
subur: pupuk kandang=2000-5000 kg/ha; Urea=50-100
kg/ha, TSP=50-75 kg/ha dan KCl=50-75 kg/ha.
|
- Pengairan dan Penyiraman
Kedelai menghendaki kondisi tanah yang lembab tetapi
tidak becek. Kondisi seperti ini dibutuhkan sejak
benih ditanam hingga pengisian polong. Saat menjelang
panen, tanah sebaiknya dalam keadaan kering. Kekurangan
air pada masa pertumbuhan akan menyebabkan tanaman
kerdil, bahkan dapat menyebabkan kematian apabila
kekeringan telah melalui batas toleransinya. Kekeringan
pada masa pembungaan dan pengisian polong dapat menyebabkan
kegagalan panen.
Di lahan sawah irigasi, pemberian air di sawah bisa
diatur. Namun bila tidak ada irigasi, penyediaan air
hanya hanya dapat dilakukan dengan mengatur waktu
tanamnya dan pemberian mulsa. Mulsa berupa jerami
atau potongan-potongan tanaman lainnya yang dihamparkan
pada permukaan tanah. Mulsa ini akan mencegah penguapan
air secara berlebihan.
Apabila ada irigasi dan tidak ada hujan selama lebih
dari 7 hari, tanah harus diairi. Caranya tanaman digenangi
air selama 30-60 menit. Pengairan seperti ini diulangi
setiap 7-10 hari. Pengairan tidak dilakukan lagi apabila
polong telah terisi penuh. Pada tanah yang keras (drainase
buruk) kelebihan air akan meyebabkan akar membusuk.
Di tanah berdrainase buruk harus dibuat saluran drainase
di setiap 3- 4 meter lahan memanjang sejajar dengan
barisan tanam. Hal ini terutama dilakukan pada saat
musim hujan.
- Waktu Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan pestisida dilakukan pada waktu yang berbeda-beda
tergantung jenis hama dan pola penyerangannya.
a) |
Lalat bibit, diberi
insektisida Marshal 200 EC, dicampur dengan
benih, dilakukan sebelum benih ditanam. |
b) |
Ulat prodenia dilakukan penyemprotan
dengan insektisida Azodrin 15 WSC, Huslation
40 EC, Thiodon 35 EC dan Barudin 60 EC sebanyak
2 kali seminggu setelah ditemukan telur. |
c) |
Wereng kedelai atau kumbang daun,
disemprot dengan insektisida Surecide 25 EC,
Kharpos 50 EC, Hosthathion 40 EC, Azodrin 15
WSC, Sevin 85 SP atau Tamaron pada tanaman setelah
berumur di atas 20 hari. |
d) |
Kepik coklat disemprot dengan
Azodrin 15 WSC, Diazinois 60 EC dan Dusban 20
EC atau Bayrusil setiap 1-2 minggu, setelah
tanam 50 hari. |
e) |
Ulat penggerek polong, disemprot
dengan insektisida Agrothion 50 EC, Dursban
20 EC, Azodrin 115 WSC, Thiodan 35 EC pada waktu
pembentukan polong. |
- Pemeliharaan Lain
Kedelai termasuk tanaman yang membutuhkan banyak sinar
matahari maka membutuhkan tanaman pelindung. Tanaman
kedelai yang terlindung akan selalu muda sehingga
proses pembentukan buah kurang baik, dan hasilnya
akan sedikit, bahkan tidak berbuah sama sekali. Tanaman
kedelai akan rusak bila tertimpa cabang -cabang kering
tanaman pelindung yang jatuh.
|
|
|
7. |
HAMA DAN PENYAKIT |
|
7.1. |
Hama
a. |
Aphis SPP (Aphis Glycine)
Kutu dewasa ukuran kecil 1-1,5 mm berwarna hitam, ada
yang bersayap dan tidak. Kutu ini dapat dapat menularkan
virus SMV (Soyabean Mosaik Virus). Menyerang pada awal
pertumbuhan dan masa pertumbuhan bunga dan polong.
Gejala:
layu, pertumbuhannya terhambat.
Pengendalian:
(1) menanam kedelai pada waktunya, mengolah tanah dengan
baik, bersih, memenuhi syarat, tidak ditumbuhi tanaman
inang seperti: terung-terungan, kapas-kapasan atau kacangkacangan;
(2) membuang bagian tanaman yang terserang hama dan membakarnya;
(3) menggunakan musuh alami (predator maupun parasit);
(4) penyemprotan insektisida dilakukan pada permukaan
daun bagian atas dan bawah. |
b. |
Melano Agromyza Phaseoli, kecil sekali (1,5
mm)
Lalat bertelur pada leher akar, larva masuk ke dalam batang
memakan isi batang, kemudian menjadi lalat dan bertelur.
Lebih berbahaya bagi kedelai yang ditanam di ladang.
Pengendalian:
(1) waktu tanam pada saat tanah masih lembab dan subur
(tidak pada bulan-bulan kering); (2) penyemprotan Agrothion
50 EC, Azodrin 15 WSC, Sumithoin 50 EC, Surecide 25 EC |
c. |
Kumbang daun tembukur (Phaedonia Inclusa)
Bertubuh kecil, hitam bergaris kuning. Bertelur pada permukaan
daun.
Gejala:
larva dan kumbang memakan daun, bunga, pucuk, polong muda,
bahkan seluruh tanaman.
Pengendalian:
penyemprotan Agrothion 50 EC, Basudin 50 EC, Diazinon
60 EC, dan Agrothion 50 EC. |
d. |
Cantalan (Epilachana Soyae)
Kumbang berwarna merah dan larvanya yang berbulu duri,
pemakan daun dan merusak bunga.
Pengendalian:
sama dengan terhadap kumbang daun tembukur. |
e. |
Ulat polong (Etiela Zinchenella)
Ulat yang berasal dari kupu-kupu ini bertelur di bawah
daun buah, setelah menetas, ulat masuk ke dalam buah sampai
besar, memakan buah muda.
Gejala:
pada buah terdapat lubang kecil. Waktu buah masih hijau,
polong bagian luar berubah warna, di dalam polong terdapat
ulat gemuk hijau dan kotorannya.
Pengendalian:
(1) kedelai ditanam tepat pada waktunya (setelah panen
padi), sebelum ulat berkembang biak; (2) penyemprotan
obat Dursban 20 EC sampai 15 hari sebelum panen. |
f. |
Kepala polong (Riptortis Lincearis)
Gejala:
polong bercak-bercak hitam dan menjadi hampa.
Pengendalian:
penyemprotan Surecide 25 EC, Azodrin 15 WSC. |
g. |
Lalat kacang (Ophiomyia Phaseoli)
Menyerang tanaman muda yang baru tumbuh.
Pengendalian:
Saat benih ditanam, tanah diberi Furadan 36, kemudian
setelah benih ditanam, tanah ditutup dengan jerami . Satu
minggu setelah benih menjadi kecambah dilakukan penyemprotan
dengan insektisida Azodrin 15 WSC, dengan dosis 2 cc/liter
air, volume larutan 1000 liter/ha. Penyemprotan diulangi
pada waktu kedelai berumur 1 bulan. |
h. |
Kepik hijau (Nezara Viridula)
Panjang 16 mm, telur di bawah permukaan daun, berkelompok.
Setelah 6 hari telur menetas menjadi nimfa (kepik muda),
yang berwarna hitam bintik putih. Pagi hari berada di
atas daun, saat matahari bersinar turun ke polong, memakan
polong dan bertelur. Umur kepik dari telur hingga dewasa
antara 1 sampai 6
bulan.
Gejala:
polong dan biji mengempis serta kering. Biji bagian dalam
atau kulit polong berbintik coklat.
Pengendalian:
Azodrin 15 WCS, Dursban 20 EC, Fomodol 50 EC. |
i. |
Ulat grayak (Prodenia Litura)
Seranggan: mendadak dan dalam jumlah besar, bermula dari
kupu-kupu berwarna keabu-abuan, panjang 2 cm dan sayapnya
3-5 cm, bertelur di permukaan daun. Tiap kelompok telur
terdiri dari 350 butir.
Gejala:
kerusakan pada daun, ulat hidup bergerombol, memakan daun,
dan berpencar mencari rumpun lain.
Pengendalian:
(1) dengan cara sanitasi; (2) disemprotkan pada sore/malam
hari (saat ulat menyerang tanaman) beberapa insektisida
yang efektif seperti Dursban 20 EC, Azodrin 15 WSC dan
Basudin 50 EC. |
|
7.2. |
Penyakit
a. |
Penyakit layu lakteri (Pseudomonas
solanacearum)
Penyakit ini menyerang pangkal batang. Penyerangan pada
saat tanaman berumur 2-3 minggu. Penularan melalui tanah
dan irigasi.
Gejala:
: layu mendadak bila kelembaban terlalu tinggi dan jarak
tanam rapat.
Pengendalian:
(1) biji yang ditanam sebaiknya dari varietas yang tahan
layu dan kebersihan sekitar tanaman dijaga, pergiliran
tanaman dilakukan dengan tanaman yang bukan merupakan
tanaman inang penyakit tersebut. Pemberantasan: belum
ada. |
b. |
Penyakit layu (Jamur tanah :
Sclerotium Rolfsii)
Penyakit ini menyerang tanaman umur 2-3 minggu, saat udara
lembab, dan tanaman berjarak tanam pendek.
Gejala:
daun sedikit demi sedikit layu, menguning. Penularan melalui
tanah dan irigasi.
Pengendalian:
(1) varietas yang ditanam sebaiknya yang tahan terhadap
penyakit layu; (2) menyemprotkan Dithane M 45, dengan
dosis 2 gram/liter air. |
c. |
Penyakit lapu (Witches Broom:
Virus)
Penyakit ini menyerang polong menjelang berisi. Penularan
melalui singgungan tanam karena jarak tanam terlalu dekat.
Gejala:
bunga, buah dan daun mengecil.
Pengendalian:
menyemprotkan Tetracycline atau Tokuthion 500 EC. |
d. |
Penyakit anthracnose (Cendawan
Colletotrichum Glycine Mori)
Penyakit ini menyerang daun dan polong yang telah tua.
Penularan dengan perantaraan biji-biji yang telah kena
penyakit, lebih parah jika cuaca cukup lembab.
Gejala:
daun dan polong bintik-bintik kecil berwarna hitam, daun
yang paling rendah rontok, polong muda yang terserang
hama menjadi kosong dan isi polong tua menjadi kerdil.
Pengendalian:
(1) perhatikan pola pergiliran tanam yang tepat; (2) penyemprotan
Antracol 70 WP, Dithane M 45, Copper Sandoz. |
e. |
Penyaklit karat (Cendawan phakospora
Phachyrizi)
Penyakit ini menyerang daun. Penularan dengan perantaraan
angin yang
menerbangkan dan menyebarkan spora.
Gejala:
daun tampak bercak dan bintik coklat.
Pengendalian:
(1) cara menanam kedelai yang tahan terhadap penyakit;
(2) menyemprotkan Dithane M 45. |
f. |
Penyakit bercak daun bakteri
(Xanthomonas phaseoli)
Penyakit ini menyerang daun.
Gejala:
permukaan daun bercak-bercak menembus ke bawah.
Pengendalian: menyemprotkan Dithane M 45. |
g. |
Penyakit busuk batang (Cendawan
Phytium Sp)
Penyakit ini menyerang batang. Penularan melalui tanah
dan irigasi.
Gejala:
batang menguning kecokllat-coklatan dan basah, kemudian
membusuk dan mati.
Pengendalian:
(1) memperbaiki drainase lahan; (2) menyemprotkan Dithane
M 45. |
h. |
Virus mosaik (virus)
Penyakit ini menyerang Yang diserang daun dan tunas. Penularan
vektor penyebar virus ini adalah Aphis Glycine (sejenis
kutu daun).
Gejala:
perkembangan dan pertumbuhan lambat, tanaman menjadi kerdil.
Pengendalian:
(1) penanaman varietas yang tahan terhadap virus; (2)
menyemprotkan Tokuthion 500 EC. |
|
|
8. |
P A N E N |
|
8.1. |
Ciri dan Umur Panen
Panen kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning,
tetapi bukan karena serangan hama atau penyakit, lalu gugur,
buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan
dan retak-retak, atau polong sudah kelihatan tua, batang berwarna
kuning agak coklat dan gundul. Panen yang terlambat akan merugikan,
karena banyak buah yang sudah tua dan kering, sehingga kulit
polong retak-retak atau pecah dan biji lepas berhamburan. Disamping
itu, buah akan gugur akibat tangkai buah mengering dan lepas
dari cabangnya.
Perlu diperhatikan umur kedelai yang akan dipanen yaitu sekitar
75-110 hari, tergantung pada varietas dan ketinggian tempat.
Perlu diperhatikan, kedelai yang akan digunakan sebagai bahan
konsumsi dipetik pada usia 75-100 hari, sedangkan untuk dijadikan
benih dipetik pada umur 100-110 hari, agar kemasakan biji betulbetul
sempurna dan merata. |
8.2. |
Cara Panen
Pemungutan hasil kedelai dilakukan pada saat tidak hujan, agar
hasilnya segera dapat dijemur.
a) |
Pemungutan dengan cara mencabut
Sebelum tanaman dicabut, keadaan tanah perlu diperhatikan
terlebih dulu. Pada tanah ringan dan berpasir, proses
pencabutan akan lebih mudah. Cara pencabutan yang benar
ialah dengan memegang batang poko, tangan dalam posisi
tepat di bawah ranting dan cabang yang berbuah. Pencabutan
harus dilakukan dengan hati-hati sebab kedelai yang sudah
tua mudah sekali rontok bila tersentuh tangan. |
b) |
Pemungutan dengan cara memotong
Alat yang biasanya digunakan untuk memotong adalah sabit
yang cukup tajam, sehingga tidak terlalu banyak menimbulkan
goncangan. Di samping itu dengan alat pemotong yang tajam,
pekerjaan bisa dilakukan dengan cepat dan jumlah buah
yang rontok akibat goncangan bisa ditekan. Pemungutan
dengan cara memotong bisa meningkatkan kesuburan tanah,
karena akar dengan bintilbintilnya yang menyimpan banyak
senyawa nitrat tidak ikut tercabut, tapi tertinggal di
dalam tanah. Pada tanah yang keras, pemungutan dengan
cara mencabut sukar dilakukan, maka dengan memotong akan
lebih cepat. |
|
8.3. |
Periode Panen
Mengingat kemasakan buah tidak serempak, dan untuk menjaga agar
buah yang belum masak benar tidak ikut dipetik, pemetikan sebaiknya
dilakukan secara bertahap, beberapa kali. |
8.4. |
Prakiraan Produksi
Produksi kedelai yang didasilkan para petani Indonesia rata-rata
600-700 kg/ha. |
|
9. |
PASCA PANEN |
|
9.1. |
Pengumpulan dan Pengeringan
Setelah pemungutan selesai, seluruh hasil panen hendaknya segera
dijemur. Kedelai dikumpulkan kemudian dijemur di atas tikar,
anyaman bambu, atau di lantai semen selama 3 hari. Sesudah kering
sempurna dan merata, polong kedelai akan mudah pecah sehingga
bijinya mudah dikeluarkan. Agar kedelai kering sempurna, pada
saat penjemuran hendaknya dilakukan pembalikan berulang kali.
Pembalikan juga menguntungkan karena dengan pembalikan banyak
polong pecah dan banyak biji lepas dari polongnya. Sedangkan
biji-biji masih terbungkus polong dengan mudah bisa dikeluarkan
dari polong, asalkan polong sudah cukup kering.
Biji kedelai yang akan digunakan sebagai benih, dijemur secara
terpisah. Biji tersebut sebenarnya telah dipilih dari tanaman-tanaman
yang sehat dan dipanen tersendiri, kemudian dijemur sampai betul-betul
kering dengan kadar air 10-15 %. Penjemuran benih sebaiknya
dilakukan pada pagi hari, dari pukul 10.00 hingga 12.00 siang. |
9.2. |
Penyortiran dan Penggolongan
Terdapat beberapa cara untuk memisahkan biji dari kulit polongan.
Diantaranya dengan cara memukul-mukul tumpukan brangkasan kedelai
secara langsung dengan kayu atau brangkasan kedelai sebelum
dipukul-pukul dimasukkan ke dalam karung, atau dirontokkan dengan
alat pemotong padi.
Setelah biji terpisah, brangkasan disingkirkan. Biji yang terpisah
kemudian ditampi agar terpisah dari kotoran-kotoran lainnya.
Biji yang luka dan keriput dipisahkan. Biji yang bersih ini
selanjutnya dijemur kembali sampai kadar airnya 9-11 %. Biji
yang sudah kering lalu dimasukkan ke dalam karung dan dipasarkan
atau disimpan. Sebagai perkiraan dari batang dan daun basah
hasil panen akan diperoleh biji kedelai sekitar 18,2 %. |
9.3. |
Penyimpanan dan pengemasan
Sebagai tanaman pangan, kedelai dapat disimpan dalam jangka
waktu cukup lama. Caranya kedelai disimpan di tempat kering
dalam karung. Karung-karung kedelai ini ditumpuk pada tempat
yang diberi alas kayu agar tidak langsung menyentuh tanah atau
lantai. Apabila kedelai disimpan dalam waktu lama, maka setiap
2-3 bulan sekali harus dijemur lagi sampai kadar airnya sekitar
9-11 %. |
|
10. |
ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN |
|
10.1. |
Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya Kedelai di lahan pasang surut untuk
luas lahan 1 hektar per musim tanam (4 bulan) di daerah Jawa
Barat pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:
1) Biaya produksi
1. |
Sewa lahan 1 ha, 1 musim tanam |
Rp. 400.000,- |
2. |
Bibit: benih 40 kg @ Rp. 6000,- |
Rp. 240.000,- |
3. |
Pupuk dan kapur
- Urea: 50 kg @ Rp. 1.500,-
- SP-36: 125 @ Rp. 1.900,-
- KCl: 50 kg @ Rp. 1.650,-
- Kapur: 1.000 kg @ Rp. 300,- |
Rp. 35.000,-
Rp. 125.000,-
Rp. 100.000,-
Rp. 300.000,- |
4. |
Pestisida
- Pestisida 2 liter @ Rp. 100.00,-
- Legin |
Rp. 200.000,-
Rp. 180.000,- |
5. |
Tenaga kerja
- Pengolahan tanah 30 OH
- Penanaman 60 OH
- Pemeliharaan 30 OH |
Rp. 300.000,-
Rp. 600.000,-
Rp. 300.000,- |
6. |
Panen dan pasca panen |
Rp. 1.000.000,- |
|
Jumlah biaya produksi |
Rp. 3.780.000,- |
2) |
Pendapatan 1.800 kg @ Rp.
3000,-
|
Rp. 5.400.000,- |
3) |
Keuntungan |
Rp. 1.620.000,- |
4) |
Parameter kelayakan usaha
1. B/C Ratio |
= 1,429 |
Sedangkan perkiraan analisis budidaya kedelai di lahan kering
beriklim basah per hektar dalam 1 musim tanam (4 bulan) di daerah
Jawa Barat pada tahun 1999 sebagai berikut:
1) Biaya produksi
1. |
Sewa lahan 1 ha, 1 musim tanam |
Rp. 500.000,- |
2. |
Bibit: benih 40 kg @ Rp. 6000,- |
Rp. 240.000,- |
3. |
Pupuk dan kapur
- Urea: 50 kg @ Rp. 1.500,-
- SP-36: 125 @ Rp. 1.900,-
- Kapur: 1000 kg @ Rp. 300,- |
Rp. 75.000,-
Rp. 237.500,-
Rp. 300.000,- |
4. |
Pestisida
- Pestisida 2 liter @ Rp. 100.00,-
- Legin |
Rp. 200.000,-
Rp. 180.000,- |
5. |
Tenaga kerja
- Pengolahan tanah 60 OH
- Penanaman 60 OH
- Pemeliharaan 50 OH |
Rp. 600.000,-
Rp. 600.000,-
Rp. 500.000,- |
6. |
Panen dan pasca panen |
Rp. 450.000,- |
|
Jumlah biaya produksi |
Rp. 3.882.500,- |
2) |
Pendapatan 1.800 kg @ Rp.
3000,-
|
Rp. 5.400.000,- |
3) |
Keuntungan |
Rp. 1.517.500,- |
4) |
Parameter kelayakan usaha
1. B/C Ratio |
= 1,391 |
|
10.2. |
Gambaran Peluang Agribisnis
Bila dibandingkan dengan produksi kedelai Amerika yang mencapai
1800 kg/ha, produksi kedelai yang dihasilkan para petani Indonesia
masih tergolong rendah yaitu rata-rata 600-700 kg/ha. Hal ini
dapat dipecahkan dengan cara menanam varietas unggul secara
intensif, yang dapat mencapai 20 kuintal/ha. Maka diharapkan
produksi kedelai di Indonesia dapat ditingkatkan lagi, agar
impor kacang kedelai dapat dihentikan.
Di pasaran umum harga kedelai disesuaikan dengan warna dan besar
kecilnya biji. Harga kedelai putih lebih mahal sebab mudah dan
baik sekali digunakan sebagai bahan pembuat tempe dan tahu yang
sudah memasyarakat di Indonesia, serta bahan pembuat susu sari
kedelai. Sebagai gambaran: pada saat harga kedelai putih biji
besar Rp 500,-/kg; kedelai putih biji sedang dan kecil Rp 400,-/kg;
kedelai hitam biji besar Rp 450,-/kg dan kedelai hitam biji
sedang atau kecil Rp 375,- (tahun 1992). Patokan harga kedelai
ini bisa bertahan dalam jangka waktu relatif lama, jadi dapat
dikatakan harga kedelai agak stabil, jarang mengalami perubahan.
Di Indonesia, hasil panen kedelai dalam partai besar pada umumnya
dijual melalui KUD, meskipun sementara petani masih menjual
produksinya kepada tengkulak yang kemudian meneruskannya kepada
pedagang besar (pengumpul) dan akhirnya disalurkan ke pabrik-pabrik.
Sedangkan partai kecil pada umumnya dijual sendiri di pasar
oleh para petani yang bersangkutan atau disalurkan ke industri
rumah tangga yang mengusahakan tahu dan tempe. Jadi pada hakekatnya
pemasaran kedelai tidak sulit, bahkan permintaan dari konsumen
semakin meningkat.
Walaupun produktifitas tanaman kedelai cenderung mengalami peningkatan
selama periode 1993-1997, Meningkatnya produksi kedelai pada
periode tersebut merupakan hasil upaya intensifikasi dan ekstensifikasi
yang telah dilaksanakan dengan didorong oleh adanya Program
Upaya Khusus Peningkatan Produksi Kedelai di berbagai wilayah.
|
|
11. |
STANDAR PRODUKSI |
|
11.1. |
Ruang Lingkup
Standar produksi ini meliputi: klasifikasi, syarat mutu, cara
pengambilan contoh,cara uji, syarat penandaan dan pengemasan. |
11.2. |
Diskripsi
Standar mutu kedelai di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional
Indonesia SNI 01-3922-1995 |
11.3. |
Klasifikasi dan Standar Mutu
a) Syarat umum
1. |
Bebas hama dan penyakit. |
2. |
Bebas bau busuk, asam, atau bau asing lainnya. |
3. |
Bebas dari bahan kimia, seperti: insektisida
dan fungisida. |
4. |
Memiliki suhu normal. |
b) Syarat khusus
1. |
Kadar air maksimum (%): mutu
I=13; mutu II=14; mutu III=14 dan mutu IV=16. |
2. |
Butir belah maksimum (%): mutu I=1; mutu
II=2; mutu III=3 dan mutu IV=5. |
3. |
Butir rusak maksimum (%): mutu I=1; mutu
II= 4; mutu III=3 dan mutu IV=5. |
4. |
Butir warna lain maksimum (%): mutu I=1;
mutu II=3; mutu III=5 dan mutu IV=10. |
5. |
Kotoran maksimum (%): mutu I=0; mutu II=1;
mutu III=2 dan mutu IV =3 |
6. |
Butir keriput maksimum (%): mutu I=0; mutu
II=1; mutu III=3 dan mutu IV=5.
Untuk mendapatkan hasil produksi kedelai yang sesuai dengan
yang telah
disyaratkan maka perlu dilakukan beberapa pengujian yang
diantaranya:
a) |
Penentuan adanya hama
dan penyakit, baru dilakukan dengan cara organoleptik
kecuali adanya bahan kimia dengan menggunakan indera
pengelihatan dan penciuman serta dibantu dengan
peralatan dan cara yang diperbolehkan. |
b) |
Penentuan adanya rusak, butir warna
lain, kotoran dan butir pecah dilakukan dengan cara
manual dengan pinset dengan contoh uji 100 gram/sampel.
Persentase butir-butir warna lain, butir rusak,
butir pecah, kotoran ditetapkan berdasarkan berat
masing-masing komponen dibandingkan dengan berat
contoh analisa x 100 %. |
c) |
Penentuan kadar air biji ditentukan
dengan moisturetester electronic yang telah dikalibrasiatau
dengan Toluen AOAC 9254 dan Penentuan suhu dengan
termometer. |
|
|
11.4. |
Pengambilan Contoh
Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah
karung maksimum 30 karung dari tiap partai barang, kemudian
dari tiap-tiap karung diambil contoh maksimum 500 gram. Contoh-contoh
tersebut diaduk/dicampur sehingga merata, kemudian dibagi empat
dan dua bagian diambil secara diagonal. Cara ini
dilakukan beberapa kali sampai mencapai contoh seberat 500 gram.
Contoh ini disegel dan diberi label untuk dianalisa, berat contoh
analisa 100 gram. |
11.5 |
Pengemasan
Pengemasan dengan karung harus mempunyai persyaratan bersih
dan dijahit mulutnya, berat netto maksimum 75 kg dan tahan mengalami
“handling” baik waktu pemuatan maupun pembongkaran.
Di bagian luar karung (kecuali dalam bentuk curah) ditulis dengan
bahan yang aman yang tidak luntur dan jelas terbaca antara lain:
a) Produksi Indonesia.
b) Daerah asal produksi.
c) Nama dan mutu barang.
d) Nama perusahaan /pengekspor.
e) Berat bruto.
f) Berat netto.
g) Nomor karung.
h) Tujuan. |
|
12. |
DAFTAR PUSTAKA |
|
1. |
AAK. (1989). Kedelai. Yogyakarta. Kanisius. |
2. |
Balai Informasi Pertanian (1983/84). Kedele. Departemen Pertanian
Banjarbaru |
3. |
Capricorn Indo Consult. (1998). Studi Tentang Agroindustri
dan Pemasaran JAGUNG & KEDELAI di Indonesia. |
4. |
Marwanto. (1992). Intensitas Serangan Jamur Selama Penundaan
Saat Panen dan Mutu Benih Kedelai (Glycine max L. Merill). Akata
Agrosia, 1 (1):10-14. |
5. |
Pasaribu, Askip. (1995). Respon Tanaman Kedelai (Glycine max)
terhadap Herbisida dan Inokulasi Beberapa Strain Bradyrhizobium
japonicum. Jurnal Penelitian Pertanian, 14 (3): 128-136 |
6. |
Wiroatmodjo; Sulistyono, Eko. (1991). Perbaikan Budidaya Basah
Kedelai. Buletin Agronomi, 10 (1): 27-37 |
|
0 komentar:
Posting Komentar