Budidaya
ikan lele sangat diminati para peternak karena pasarnya yang terus
berkembang. Pemerintah juga gencar memberikan dukungan melalui riset
benih lele unggul dan kampanye gerakan makan ikan. Sehingga bermunculan
sentra-sentra budidaya ikan lele di sejumlah daerah.
Untuk mendapatkan keuntungan maksimal, budidaya ikan lele sebaiknya
tidak dilakukan secara sampingan atau sekadar kegiatan subsisten. Ikan
lele sanggup hidup dalam kepadatan tebar yang tinggi dan memiliki rasio
pemberian pakan berbanding pertumbuhan daging yang baik. Oleh karena
itu, usaha budidaya ikan lele akan memberikan keuntungan lebih apabila
dilakukan secara intensif.
Terdapat dua segmen usaha budidaya ikan lele, yaitu segmen
pembenihan dan segmen pembesaran. Pada kesempatan kali ini kami akan
membahas budidaya ikan lele segmen pembesaran. Berikut kami uraikan
tahap-tahap persiapannya.
Penyiapan kolam tempat budidaya ikan lele
Ada berbagai macam tipe kolam yang bisa digunakan sebagai tempat
budidaya ikan lele. Untuk memutuskan kolam apa yang cocok, harap
pertimbangkan kondisi lingkungan dan ketersediaan tenaga kerja terampil.
Lalu, cocokkan dengan sumber dana yang kita miliki. Perlu diperhatikan
bahwa setiap tipe kolam memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing
bila ditinjau dari segi usaha budidaya.
Tipe-tipe kolam yang umum digunakan dalam budidaya ikan lele adalah
kolam tanah, kolam semen, kolam terpal, jaring apung dan keramba. Namun
dalam artikel ini kita hanya membahas kolam tanah saja, mengingat jenis
kolam ini paling banyak digunakan oleh para peternak ikan.
a. Pengeringan dan pengolahan tanah
Sebelum benih ikan lele ditebarkan, kolam harus dikeringkan telebih
dahulu. Lama pegeringan berkisar 3-7 hari atau bergantung pada teriknya
sinar matahari. Sebagai patokan, apabila permukaan tanah sudah
retak-retak, kolam bisa dianggap sudah cukup kering. Pengeringan kolam
bertujuan untuk memutus keberadaan mikroorganisme jahat yang menyebabkan
bibit penyakit. Mikroorganisme tersebut bisa bekembang dari sisa-sisa
priode budidaya ikan lele sebelumnya. Dengan pengeringan dan penjemuran,
sebagian besar mikroorganisme patogen akan matiSetelah dikeringkan, permukaan tanah dibajak atau dibalik dengan
cangkul. Pembajakan tanah diperlukan untuk memperbaiki kegemburan tanah
dan membuang gas beracun yang tertimbun di dalam tanah. Selain
penggemburan, lakukan pengangkatan lapisan lumpur hitam berbau busuk
yang biasanya terdapat di dasar kolam. Karena lumpur hitam tersebut
menyimpan gas-gas beracun seperti amonia dan hidrogen sulfida. Gas-gas
itu terbentuk dari tumpukan sisa pakan yang tidak habis pada periode
budidaya ikan lele sebelumnya.
b. Pengapuran dan pemupukan
Pengapuran berfungsi untuk menyeimbangkan keasaman kolam dan membantu
memberantas mikroorganisme patogen. Jenis kapur yang digunakan adalah
dolomit atau kapur tohor. Pengapuran dilakukan dengan cara ditebar
secara merata di atas permukaan dasar kolam. Setelah ditebari kapur,
balik tanah dengan cangkul agar kapur meresap ke bagian dalam. Dosis
yang diperlukan untuk pengapuran dasar kolam adalah 250-750 gram per
meter persegi, atau tergantung pada derajat keasaman tanah. Semakin asam
tanah semakin banyak kapur yang dibutuhkan.
Langkah selanjutnya adalah pemupukan. Pupuknya menggunakan paduan pupuk organik ditambah urea dan TSP. Jenis pupuk organiknya bisa pupuk kandang atau pupuk kompos,
dosisnya sebanyak 250-500 gram per meter persegi. Sedangkan dosis pupuk
kimianya adalah urea 15 gram per meter persegi dan TSP 10 gram per
meter persegi. Pemupukan dasar kolam bertujuan untuk menyediakan nutrisi
bagi biota seperti fitoplankton dan cacing. Biota tersebut berguna
untuk makanan alami ikan lele.
c. Pengaturan air kolam
Ketinggian air yang ideal untuk budidaya ikan lele adalah 100-120 cm.
Pengisian kolam harus dilakukan secara bertahap. Setelah kolam dipupuk,
isi dengan air sampai batas 30-40 cm. Pada ketinggian tersebut sinar
matahari masih bisa tembus hingga dasar kolam dan memungkinkan biota
dasar kolam seperti fitoplankton tumbuh dengan baik. Kolam yang sudah
ditumbuhi fitoplankton airnya akan berwarna kehijauan. Setelah satu
minggu, baru benih ikan lele siap ditebar. Selanjutnya, air kolam
ditambah secara berkala sesuai dengan pertumbuhan ikan lele sampai pada
ketinggian ideal.
Pemilihan benih ikan lele
Tingkat kesuksesan budidaya ikan lele sangat ditentukan oleh kualitas
benih yang ditebar. Benih yang akan digunakan dalam budidaya ikan lele
hendaklah dari jenis benih unggul. Ada beberapa jenis ikan lele yang
biasa dibudidayakan di Indonesia. Silahkan baca lebih lanjut mengenai jenis-jenis ikan lele budidaya. Dalam artikel ini kami merekomendasikan jenis ikan lele Sangkuriang yang dikembangkan BBPBAT Sukabumi.
Alasannya, ikan lele sangkuriang merupakan hasil perbaikan dari lele
dumbo. Dimana kualitas dari lele dumbo yang saat ini beredar di
masyarakat semakin menurun dari waktu ke waktu. Untuk mengetahui lebih
jauh mengenai ikan lele sangkuriang silakan baca asal-usul ikan lele sangkuriang.
Benih ikan lele bisa kita dapatkan dengan cara membeli atau melakukan
pembenihan ikan lele sendiri. Untuk membuat pembenihan sendiri silahkan
baca cara pembenihan ikan lele dan teknik pemijahan ikan lele. Hal yang paling penting adalah benih unggul yang digunakan harus benih yang baik dan sehat.
a. Syarat benih unggul
Benih yang ditebar harus benih yang benar-benar sehat. Benih yang
kualitasnya buruk tidak bisa menghasilkan dengan maksimal dan rentan
terhadap serangan penyakit. Ciri-ciri benih yang sehat gerakannya
lincah, tidak terdapat cacat atau luka dipermukaan tubuhnya, bebas dari
bibit penyakit dan gerakan renangnya normal. Untuk menguji gerakan
renangnya, coba tempatkan ikan pada arus air, jika ikan tersebut
menantang arah arus air berarti gerakan renangnya normal.
Ukuran benih untuk budidaya ikan lele sebaiknya memiliki panjang
sekitar 5-7 cm. Usahakan ukurannya rata agar ikan bisa tumbuh dan
berkembang serempak. Dari benih sebesar itu, dalam jangka waktu
pemeliharaan 2,5-3,5 bulan akan didapatkan lele ukuran konsumsi sebesar
9-12 ekor per kilogram.
b. Cara menebar benih
Sebelum benih ditebar, lakukan penyesuaian iklim terhadap benih.
Caranya, masukan benih yang baru datang dengan wadahnya (ember/jeriken)
ke dalam kolam. Biarkan selama 15 menit agar terjadi penyesuaian suhu
tempat benih dengan suhu kolam sebagai lingkungan barunya. Miringkan
wadah dan biarkan benih keluar dengan sendirinya. Metode ini bermanfaat
mencegah stres pada benih.
Tebarkan benih ikan lele ke dalam kolam dengan kepadatan 200-400 ekor
per meter persegi. Semakin baik kualitas air kolam, semakin tinggi
jumlah benih yang bisa ditampung. Hendaknya tinggi air tidak lebih dari
40 cm saat benih ditebar. Hal ini menjaga agar benih ikan bisa
menjangkau permukaan air untuk mengambil pakan atau bernapas. Pengisian
kolam berikutnya disesuaikan dengan ukuran tubuh ikan sampai mencapai
ketinggian air yang ideal.
Menentukan kapasitas kolam
Berikut ini cara menghitung kapasitas kolam untuk budidaya ikan lele
secara intensif. Asumsi kedalaman kolam 1-1,5 meter (kedalaman yang
dianjurkan). Maka kepadatan tebar bibit lele yang dianjurkan adalah
200-400 ekor per meter persegi. Contoh, untuk kolam berukuran 3 x 4
meter maka jumlah bibit ikannya minimal (3×4) x 200 = 2400 ekor,
maksimal (3×4) x 400 = 4800 ekor.
Catatan: kolam tanah kapaistasnya lebih sedikit dari kolam tembok.
Pakan untuk budidaya ikan lele
Pakan merupakan komponen biaya terbesar dalam budidaya ikan lele. Ada
banyak sekali merek dan ragam pakan di pasaran. Pakan ikan lele yang
baik adalah pakan yang menawarkan Food Convertion Ratio (FCR)
lebih kecil dari satu. FCR adalah rasio jumlah pakan berbanding
bertumbuhan daging. Semakin kecil nilai FCR, semakin baik kualitas
pakan. Untuk mencapai hasil maksimal dengan biaya yang minimal, terapkan
pemberian pakan utama dan pakan tambahan secara berimbang. Bila pakan
pabrik terasa mahal, silahkan coba membuat sendiri pakan lele alternatif.
a. Pemberian pakan utama
Pakan yang baik harus mengandung nutrisi yang diperlukan oleh ikan
lele. Sebagai ikan karnivora, pakan ikan lele harus banyak mengandung
protein hewani. Secara umum kandungan nutrisi yang dibutuhkan ikan lele
adalah protein (minimal 30%), lemak (4-16%), karbohidrat (15-20%),
vitamin dan mineral. Berbagai pelet yang dijual dipasaran rata-rata
sudah dilengkapi dengan keterangan kandungan nutrisi. Tinggal kita
pandai-pandai memilih mana yang bisa dipercaya. Ingat, jangan sampai
membeli pakan kadaluarsa. Apabila pakan dirasa terlalu mahal kita juga
bisa membuat pakan alternatif, silahkan baca membuat sendiri pakan lele
alternatif.
Pakan harus diberikan sesuai dengan kebutuhan. Secara umum setiap
harinya ikan lele memerlukan pakan 3-6% dari bobot tubuhnya. Misalnya,
ikan lele dengan bobot 50 gram memerlukan pakan sebanyak 2,5 gram (5%
bobot tubuh) per ekor. Kemudian setiap 10 hari ambil samplingnya, lalu
timbang dan sesuaikan lagi jumlah pakan yang diberikan. Dua minggu
menjelang panen, persentase pemberian pakan dikurangi menjadi 3% dari
bobot tubuh.
Jadwal pemberian pakan sebaiknya disesuaikan dengan nafsu makan ikan.
Frekuensinya 4-5 kali sehari. Frekuensi pemberian pakan pada ikan yang
masih kecil harus lebih sering. Waktu pemberian pakan bisa pagi, siang,
sore dan malam hari. Harus diingat, ikan lele merupakan hewan nokturnal,
aktif pada malam hari. Pertimbangkan pemberian makan lebih banyak pada
sore dan malam hari. Pakan diberikan dengan ditebar. Si pemberi pakan
harus jeli melihat reaksi ikan. Berikan pakan saat ikan lele agresif
menyantap pakan dan berhenti apabila ikan sudah terlihat malas untuk
menyantapnya.
b. Pemberian pakan tambahan
Selain pakan utama, bisa dipertimbangkan juga untuk memberi pakan
tambahan. Pemberian pakan tambahan sangat menolong menghemat biaya
pengeluaran pakan yang memang cukup menguras kantong. Apabila kolam kita
dekat dengan pelelangan ikan, bisa dipertimbangkan pemberian ikan rucah
segar. Ikan rucah adalah hasil ikan tangkapan dari laut yang tidak
layak dikonsumsi manusia karena ukuran atau cacat dalam penangkapannya.
Bisa juga dengan membuat belatung dari campuran ampas tahu.
Keong mas dan limbah ayam bisa diberikan dengan pengolahan terlebih
dahulu. Pengolahannya bisa dilakukan dengan perebusan. Kemudian pisahkan
daging keong mas dengan cangkangnya, lalu dicincang. Untuk ayam
bersihkan bulu-bulunya sebelum diumpankan pada lele.
Satu hal yang harus diperhatikan dalam memberikan pakan ikan lele,
jangan sampai telat atau kurang. Karena ikan lele mempunyai sifat
kanibal, yakni suka memangsa sejenisnya. Apabila kekurangan pakan,
ikan-ikan yang lebih besar ukurannya akan memangsa ikan yang lebih
kecil.
Pengelolaan air
Hal penting lainnya dalam budidaya ikan lele adalah pengelolaan air
kolam. Walaupun ikan lele bisa hidup dalam kondisi air yang buruk, untuk
mendapatkan hasil maksimal kualitas dan kuantitas air harus tetap
terjaga.
Awasi kualitas air dari timbunan sisa pakan yang tidak habis di dasar
kolam. Timbunan tersebut akan menimbulkan gas amonia atau hidrogen
sulfida yang dicirikan dengan adanya bau busuk. Oleh karena itu, apabila
sudah muncul bau busuk, buang sepertiga air bagian bawah. Kemudian isi
lagi dengan air baru. Frekuensi pembuangan air sangat tergantung pada
kebiasaan memberikan pakan. Apabila dalam memberikan pakan banyak
menimbulkan sisa, pergantian air akan lebih sering dilakukan. Selain
itu, apabila air terlihat berkurang karena penguapan atau kebocoran
kolam, segera tambahkan.
Pengendalian hama dan penyakit
Hama yang paling umum dalam budidaya ikan lele antara lain hama
predator seperti linsang, ular, sero, musang air dan burung. Sedangkan
hama yang menjadi pesaing antara lain ikan mujair. Untuk mencegahnya
yaitu dengan memasang saringan pada jalan masuk dan keluar air atau
memasang pagar di sekeliling kolam.
Penyakit pada budidaya ikan lele bisa datang dari protozoa, bakteri
dan virus. Ketiga mikroorganisme ini menyebabkan berbagai penyakit yang
mematikan. Beberapa diantaranya adalah bintik putih, kembung perut dan
luka di kepala dan ekor. Untuk mencegah timbulnya penyakit infeksi
adalah dengan menjaga kualitas air, mengontrol kelebihan pakan, menjaga
kebersihan kolam, dan mempertahankan suhu kolam pada kisaran 28oC.
Selain penyakit infeksi ikan lele juga bisa terserang penyakit
non-infeksi seperti kuning, kekurangan vitamin dan lain-lain. Untuk
mengetahui lebih jauh tentang pengendalian penyakit silahkan baca pengendalian hama dan penyakit ikan lele.
Panen budidaya ikan lele
Pemanenan budidaya ikan lele untuk konsumsi dalam negeri biasanya
berukuran 9-12 ekor per kg. Untuk mencapai ukuran konsumsi dari benih
sebesar 5-7 cm dibutuhkan waktu sekitar 2,5 sampai 3,5 bulan dari awal
benih ditebar. Sedangkan untuk ekspor, berat ikan lele bisa mencapai 500
gram per ekor.
Pemanenan harus dilakukan dengan hati-hati. Satu hari (24 jam)
sebelum panen, sebaiknya ikan lele tidak diberi pakan agar tidak buang
kotoran saat diangkut. Pada saat ikan lele dipanen hendaknya disortasi
terlebih dahulu untuk misahkan lele berdasarkan ukurannya. Pemisahan
ukuran ini berdampak pada harga. Ikan lele yang sudah disortasi
berdasarkan ukuran akan meningkatkan pendapatan bagi peternak.
Sumber : http://www.alamtani.com